7 Desa Adat Populer di Indonesia yang Mendunia

nusantaraberdaya.com - Ada banyak daerah Indonesia yang sangat menarik untuk dikunjungi. Apalagi jika sudah masuk ke desa-desa yang kaya akan adat dan cerita. Mengawali tahun baru 2021, dampak Pandemi Covid-19 sudah melanda Nusantara sejak Maret 2020. Hingga saat ini, sejumlah pembatasan pergerakan massa di beberapa daerah telah mengalami beberapa perubahan, seperti periode transisi. 

Bicara tentang travelling di tengah Pandemi Covid-19 yang masih menerpa, beberapa destinasi wisata saat ini mulai menyesuaikan layanannya dengan penerapan protokol kesehatan dan pengawasan keluar masuk pengunjung. Hal ini sangat diharapkan untuk mencegah penularan Covid-19 di area destinasi wisata yang biasanya selalu ramai.   

Jika anda sedang merencanakan perjalanan wisata, adapun, salah satu jenis wisata yang akhir-akhir ini kerap dilakukan masyarakat adalah road trip dan mengunjungi tempat wisata alam. Beberapa destinasi wisata berupa desa wisata menjadi trend akhir-akhir ini dikunjungi oleh wisatawan lokal di Indonesia. Hal ini dikarenakan, selain karena keunikannya, juga mudah diawasi dan dikontrol oleh pengelola wisatawan setempat dengan pelaksanaan protokol kesehatan. 

Berikut destinasi desa wisata terbaik di Indonesia yang mendunia, disadur dari berbagai sumber dan direkomendasikan untuk anda yang ingin berlibur bersama keluarga, komunitas atau individu. Destinasi desa wisata ini sangat unik, menarik, berkelas dan juga tentunya aman untuk anda. Seperti apa keunikannya, simak artikel berikut ini. 

1. Desa Adat Penglipuran, Bali.

Keindahan Desa Adat Penglipuran, Bali

Desa Adat Penglipuran, merupakan desa wisata  memang unik. Keren, bersih, dan artistik. Pada 2016 silam, Desa ini masuk ke dalam kelompok desa-desa terbaik dunia. Namanya sejajar dengan Desa Giethoorn di Belanda serta Mawlynnong di India. Destinasinya memang sangat unik. Kehidupan masyarakat, pola komunikasi, mempertahankan tradisi dan budaya lokal, termasuk dalam urusan sosial, komitmen untuk kebersihan bersama, keamanan dan kenyamanan bersama sangat kental dengan nuansa Bali.

Tanaman perindang di kanan kiri jalan tertata rapi. Suasananya hijau dan asri. Kondisi desa yang  tertata terlihat setelah masuk kawasan pemukiman desa. Ada tempat parkir dengan paving, wantilan atau aula pertemuan terbuka tanpa dinding, hingga taman-taman di depan rumah. Tempat sampah tidak hanya untuk dua jenis, tapi sampai lima jenis. Ada yang untuk sampah organik, anorganik, plastik, sampah lain, hingga bahan berbahaya yang berada di salah satu pojok halaman. 

Uniknya, kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil tidak boleh masuk jalan utama di tengah desa. Mereka harus memutar di jalan raya yang mengelilingi desa tersebut. Karena itu, desa ini juga terjaga dari polusi suara ataupun udara kendaraan bermotor. Agen-agen pariwisata di Bali pun terbius dengan sejumlah pesona tadi.

Desa Adat Penglipuran juga mendapat penghargaan Kalpataru dan predikat desa terbersih di dunia bersama dengan Belanda dan India pada tahun 2016. Lokasi lokasi desa adat Penglipuran, berada di desa Kubu, kabupaten Bangli, provinsi Bali. Mungkin banyak dari anda tidak tahu, kabupaten Bangli di Bali bagian mana. Jika anda pernah wisata ke Kintamani atau Gunung Batur, inilah wilayah kabupaten Bangli. Desa unik ini hingga saat ini disebut sebagai salah satu desa wisata terbersih di dunia.

2. Desa Nglanggeran , Yogyakarta.

Wisata alam dan budaya di Desa Nglanggeran , Yogyakarta

Bagi komunitas pelajar atau mahasiswa, juga lembaga pendidikan yang mungkin sudah suntuk dengan belajar daring, maka desa wisata ini sangat cocok untuk anda, membuat konsep belajar sambil berwisata. Hal ini dikarenakan di Desa Nglanggeran menawarkan program tinggal di rumah penduduk untuk mempelajari budaya, serta menjelajahi keindahan wisata alam di sana. Keren !

Desa Nglanggeran adalah salah satu destinasi wisata populer di Yogyakarta, pernah mendapat penghargaan desa wisata terbaik ASEAN pada 2017. Desa Nglanggeran termasuk kawasan wisata dalam situs geologi atau geosite, yakni bagian Gunung Sewu. Ada 33 situs geologi Gunung Sewu, yang terbagi kabupaten di antaranya Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan. 

Desa wisata  ini terus dikembangkan salah satunya melalui program-program wisata yang berbasis edukasi dan budaya. Misalnya saja Wisata Kampung Pitu yang ada di atas puncak Gunung Api Purba Nglanggeran. Masyarakat dapat berinteraksi dengan kelompok kecil masyarakat yang terdiri dari tujuh kepala keluarga yang masih menjaga kearifan lokal dan budayanya. 

Hal ini menjadi suatu daya tarik wisata, minat khusus bagi orang yang ingin berinteraksi dengan masyarakat lokal yang masih memegang teguh tradisi. Ditambah pengunjung juga bisa menyaksikan pemandangan sunrise yang indah dengan bentang alam kota Jogja dari atas puncak gunung. Ditunggu kunjungan anda!

3. Desa Adat Bawomataluo, Sumatera Utara.

Kekayaan budaya di Desa Adat Bawomataluo, Nias Selatan

Desa ini adalah desa adat yang berada di atas bukit yang telah ada sejak berabad-abad lalu dan hingga kini masih terpelihara dengan baik. Desa Bawomataluo adalah salah satu desa wisata populer di Indonesia. Terletak di Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan. Oleh wisatawan menyebutnya "Bukit Matahari". 

Sebutan ini disematkan karena desa yang terdiri dari sembilan dusun itu berada di sebuah bukit, tepatnya pada ketinggian 324 meter dari permukaan laut. Pemandangan matahari terbit dan terbenam dibawahnya sangat indah dan memukau para pengunjung. Selain itu, Desa Bawomataluo sangat terkenal sebagai desa budaya dan tradisi hombo batu (lompat batu).

Saat memasuki desa ini, Anda akan disambut dengan tangga berupa susunan batu yang menyerupai punden berundak-undak dengan jumlah anak tangga teras pertama 7 buah sedangkan teras kedua berjumlah 70 buah. Rumah-rumah adat di desa ini saling berhadapan. Pada bagian tengah kompleks terdapat halaman yang terbuat dari susunan batu yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara adat.

Di desa ini terdapat sebuah rumah Raja (Kepala Suku), oleh masyarakat lokal menyebutnya “Omo Sebua’ yang memiliki arsitektur yang unik dan megah. Omo Sebua ini kental dengan ukiran-ukiran yang menambah kemegahan bangunannya. Berbagai pola hias dan ukiran menambah keunikan rumah adat ini. Selain itu di dalam kompleks desa ini terdapat beberapa jenis peninggalan tradisi megalitik yang dihiasi oleh berbagai ukiran ornamen yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.

Desa Bawomataluo ini merupakan tempat lahirnya para pelompat batu dari Nias yang sangat populer. Tradisi melompat batu atau yang biasa disebut oleh orang Nias sebagai Fahombo Batu awalnya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukkan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik. Selain itu, wisatawan juga akan disuguhi oleh berbagai atraksi budaya salah satunya adalah Tari Perang yang disebut “Fataele”. Dalam atraksi ini, para penampil akan mengenakan pakaian warna warni terdiri dari warna hitam, kuning dan merah, dilengkapi dengan mahkota di kepala. 

Tari Perang yang disebut Tari Fataele tidak bisa dipisahkan dengan tradisi Lompat Batu Nias, karena lahirnya berbarengan dengan tradisi Fahombo Batu yang ada di desa ini. Dalam menarikan tarian ini, penari mengenakan pakaian warna warni terdiri dari warna hitam, kuning dan merah, dilengkapi dengan mahkota di kepala. Layaknya kesatria dalam peperangan, penari juga membawa tameng, pedang dan tombak sebagai alat pertahanan dari serangan musuh. Atraksi ini sangat diminati oleh wisatawan yang berkunjung di desa wisata ini.

4. Desa Kete Kesu, Toraja.

Barisan rumah adat Toraja di Desa Kete Kesu

Desa Kete Kesu adalah sebuah desa wisata di wilayah Tana Toraja yang tak pernah sepi pengunjung, dikenal dengan adat dan kehidupan tradisionalnya. Desa ini ditetapkan sebagai warisan budaya karena menjadi salah satu desa dengan produksi ukiran, patung, dan lukisan yang telah diakui dunia. Selain itu, wisatawan akan banyak dapat menikmati banyak kegiatan  upacara adat dan perayaan dari bulan Juni sampai Desember.

Barisan rumah adat Toraja, atau yang sering disebut rumah Tongkonan secara berderet, menjadi keunikan tersendiri dan menjadi daya tarik utawa wisatawan, bahkan hingga mancanegara. Disekitar desa juga terdapat destinasi lainnya, terdapat goa-goa kecil yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan jasad tanpa dikubur. Selain itu, terdapat beberapa outlet yang menjual kain-kain tenun khas Tana Toraja dan pernak-pernik yang bisa kamu beli, atau sebagai oleh-oleh untuk keluarga.

5. Desa Adat Sasak Sade, Lombok.

Keunikan di Desa Adat Sasak Sade

Liburan ke Lombok jangan hanya menikmati alam dam lautnya saja. Kenali juga tradisi budaya dan kehidupan Lombok di Desa Sade, desa tradisionalnya Lombok. Lombok tak hanya punya alam dan laut yang cantik. Di sana juga kaya akan budaya yang masih dijaga sampai sekaran. Kamu dapat melihatnya salah satu tradisi dan budaya di Lombok di Desa Sasak Sade.

Sade dalam bahasa suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), berarti obat atau kesadaran. Merupakan sebuah dusun yang masih merawat tradisi Lombok hingga menjadi lokasi wisata budaya populer di NTB. Terletak di bagian selatan Pulau Lombok, yaitu di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Desa Wisata Budaya ini telah dipertahankan dan dirawat selama 15 generasi. Terdapat sekitar 150 rumah adat yang menjadi ikon utama Desa Sade. 

Rumah-rumah ini memiliki atap yang unik berbentuk gunung menggunakan rumput alang-alang. Tembok dan lantainya terbuat dari tanah liat yang dicampur dedak padi, kemudian dilapisi anyaman bambu pada tembok bagian luarnya. Bangunan rumah-rumah ini memiliki sebutan Bale Tani Gunung Ratu, artinya berbentuk gunung merata ke bawah. 

Seluruh rumah yang ada di kawasan Desa Sade adalah rumah tempat tinggal bukan bangunan pameran atau museum budaya. Penduduk yang tinggal di sini berjumlah sekitar 750 jiwa yang masih merupakan satu garis keturunan atau rumpun yang sama.

6. Desa Adat Wae Rebo, Flores. 

Perpaduan alam dan budaya di Desa Adat Wae Rebo

Wae Rebo adalah nama dusun yang menjadi bagian dari Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT. Namun karena karakteristik lokal yang menarik, Dusun Wae Rebo lebih dikenal sebagai desa adat yang saat ini menjadi destinasi wisata favorit para traveler, untuk melihat perkampungan adat yang masih lestari.

Dengan perkembangan infrastruktur,  akses menuju dea wisata ini semakin mudah. Saat ini untuk menempuh perjalanan dari Labuan Bajo ke Desa Adat Wae Rebo hanya membutuhkan waktu 4 – 6 jam perjalanan darat dengan rute Labuan Bajo – Denge – Wae Rebo. Hal ini membuat Desa Adat Wae Rebo di wilayah pegunungan Flores, semakin banyak dikunjungi wisatawan.

Desa Adat Wae Rebo dikenal sebagai desa adat yang menawarkan atraksi wisata berupa kesempatan unik untuk melihat rumah – rumah adat Manggarai dan mengajak wisatawan mengikuti budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Di Desa Adat Wae Rebo, pengunjung dapat melihat rumah-rumah tradisional berbentuk kerucut dengan arsitektur yang sangat unik, yang masih di lestarikan sampai saat ini.


Rumah Adat Desa Wae Rebo, disebut Mbaru Niang. Terdapat 7 (tujuh) Mbaru Niang di Wae Rebo yang tersusun melingkar mengitari batu melingkar yang disebut compang sebagai titik pusatnya. Compang merupakan pusat aktivitas warga untuk mendekatkan dengan alam, leluhur, serta Tuhan. Arsitektur Mbaru Niang mengandung filosofi dan kehidupan sosial masyarakat Wae Rebo. Rumah tradisional ini merupakan wujud keselarasan manusia dengan alam serta merupakan cerminan fisik dari kehidupan sosial suku Manggarai. Suku Manggarai mempercayai lingkaran sebagai simbol keseimbangan, sehingga pola lingkaran ini diterapkan hampir di seluruh wujud fisik di desa, dari bentuk kampung sampai rumah-rumahnya.

Desa Adat Wae Rebo pernah mendapat penghargaan UNESCO Asia Pasific Award Heritage Conservation, yang merupakan penghargaan tertinggi dalam bidang konservasi warisan budaya pada tahun 2012. Mbaru Niang ini terkenal dengan keasliannya karena memiliki bentuk yang masih sama persis dengan bangunan yang didirikan oleh moyang suku Manggarai. Bentuk rumah panggung yang diterapkan menjadi rumah yang sesuai untuk kondisi alam di sekitar Desa Wae Rebo. 

7. Desa Adat Praijing, Sumba Barat, NTT

Pesona Desa Adat Praijing yang terjaga

Kampung adat Praijing bercerita tentang itu semua. Terletak di Desa Tebara, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Tmur (NTT), Kampung Praijing bagai museum, tempat warisan budaya ciptaan manusia dipajang. Praijing adalah kampung adat khas Sumba. Di kampung ini ditemukan rumah tradisional khas masyarakat Sumba.

Konstruksi rumah di kampung adat selalu punya makna. Rumah adat masyarakat Sumba Barat memiliki arsitektur yang khas. Rumah adat Sumba biasa disebut dengan Uma Bokulu dan Uma Mbatangu. Uma Bokulu berarti rumah besar. Sedangkan Uma Mbatangu berarti rumah menara. 

Rumah tradisional khas Sumba selalu berbentuk rumah panggung dengan atap yang menjulang seperti menara, beratap ilalang dan beralas kayu. Rumah adat ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian bawah untuk memelihara hewan ternak, bagian tengah untuk manusia dan bagian atas atau menara untuk menyimpan hasil bumi atau pangan.

Masyarakat di Kampung Adat Praijing ini ternyata masih menganut keyakinan Marapu. Di mana Marapu ini merupakan agama asli penduduk Sumba, yang melakukan pemujaan terhadap arwah leluhur. Marapu sendiri berasal dari bahasa asli Sumba yang artinya "Yang dimuliakan". 

Demikianlah ulasan 7 destinasi desa wisata populer di Indonesia. Negeri kita sangat kaya, unik dan majemuk. Mari melihat, menikmati dan belajar tentang keragaman Indonesia yang luar biasa. Anda ingin merekomendasikan desa wisata yang anda ketahui? sampaikan di kolom komentar dan kita akan mengulasnya untuk anda. Tetap jaga kesehatan dan patuhi kebijakan protokol kesehatan. (*nsb)

0 Komentar