Terbaru ! Panduan Lengkap Budidaya Ikan Sistem Bioflok

 

Panduan Lengkap Budidaya Ikan Sistem Bioflok

Budidaya Ikan Sistem Bioflok

nusantaraberdaya.com - Bioflok berasal dari kata “Bios” artinya kehidupan dan “Floc” artinya gumpalan. Jadi pengertian Bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing, dll.) yang tergabung dalam gumpalan (flok). Teknologi bioflok pada awalnya merupakan adopsi dari teknologi pengolahan limbah lumpur aktif secara biologi dengan melibatkan aktivitas mikroorganisme (seperti bakteri). 

Budidaya ikan dengan menerapkan teknologi bioflok berarti memperbanyak bakteri/mikroba yang menguntungkan dalam media budidaya ikan, sehingga dapat memperbaiki dan menjaga kestabilan mutu air, menekan senyawa beracun seperti amoniak, menekan perkembangan bakteri yang merugikan (bersifat pathogen) sehingga ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Suprapto, 2013).

Dalam penerapan teknologi bioflok memanfaatkan penumpukan bahan organik yang berasal dari sisa pakan, kotoran ikan maupun jasad yang mati seperti plankton dan lain-lain sebagai sediaan hara untuk merangsang pertumbuhan bakteri yang akan menghasilkan flok. Oleh karena itu dalam teknologi ini pergantian air dapat diminimalkan. Bahan organik diusahakan teraduk secara terus menerus, sehingga terurai dalam kondisi cukup oksigen (aerob).

Perkembangan mikroba dalam media budidaya diharapkan didominasi oleh bakteri/mikroba yang menguntungkan. Untuk itu perlu dilakukan penambahan mikroba/bakteri probiotik secaraberkala ke dalam media budidaya. Penambahan karbon organik seperti molase (tetes tebu) atau gula pasir atau tepung terigu atau leri (air cucian beras) akan mempercepat perkembangan mikroba/ bakteri heterotrof yang menguntungkan. Selanjutnya bakteribakteri tersebut akan membentuk konsorsium dan terjadi pembentukan flok dengan adanya bahan organik yang cukup tinggi di dalam media budidaya.

Bahan organik yang merupakan limbah diaduk dan diaerasi. Bahan organik yang tersuspensi akan diuraikan oleh bakteri heterotrof secara aerobik menjadi senyawa anorganik. Bila bahan organik mengendap (tidak teraduk) maka akan terjadi kondisi yang anaerobik. Hal ini akan merangsang bakteri anaerobik mengurai bahan organik menjadi bahan organik yang lebih sederhana (asam organik, alkohol) serta senyawa yang bersifat racun (amoniak, nitrit, H2S, metana).

Keuntungan penerapan teknologi bioflok ini antara lain : 

  • Sedikit pergantian air (efisien dalam penggunaan air). 

  • Tidak tergantung sinar matahari. 

  • Padat tebar lebih tinggi (bisa mencapai 3.000 ekor/m3). 

  • Produktivitas tinggi. 

  • Efisien pakan (FCR bisa mencapai 0,7). 

  • Efisien dalam pemanfaatan lahan. 

  • Membuang limbah lebih sedikit. 

  • Ramah lingkungan.

Beberapa persyaratan umum dalam penerapan teknologi bioflok :  

  1. Konstruksi kolam harus kuat (beton, terpal, fiber). 

  2. Kedisiplinan dan ketelitian yang tinggi. 

  3. Perlu keuletan. 

  4. Perlu peralatan untuk aerasi dan pengadukan. 

  5. Pemahaman terhadap teknologi budidaya.

Pembuatan kolam

Dalam penerapan teknologi bioflok pada budidaya lele secara intensif, konstruksi kolam dapat terbuat dari beton, terpal atau fiber. Konstruksi kolam tidak membentuk sudut. Contoh konstruksi kolam bundar berbahan plastik dengan rangka besi anyaman (besi wiremesh) sebagai berikut :

  1. Besi anyaman (besi wiremesh diameter 6 mm) untuk rangka dinding kolam. 

  2. Fiber tipis / karpet talang / tripleks 2 mm untuk pelapis dinding. 

  3. Terpal/ plastik untuk dinding dan dasar kolam. 

  4. Pipa PVC 2 inchi dan knee 2 buah. 

  5. Sealer (lem). 

  6. Gunting. dan Gergaji besi

Caranya :

  1. Besi anyaman (besi wiremesh) dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan, kemudian antar buku dikaitkan dengan cincin besi atau diikat kawat sebagai pengunci sehingga berbentuk lingkaran (lihat gambar). 

  2. Kolam dapat berbentuk persegi berukuran 1x2 m2 , 2x4 m2 atau kolam berbentuk bundar berdiameter 2 meter. Untuk kolam berbentuk persegi, sudut dilengkungkan untuk menghindari sudut mati. 

  3. Terpal/plastik dipotong sesuai dengan ukuran dan bentuk kolam yang diinginkan, kemudian dijahit dan di lem agar tidak bocor. 

  4. Terpal yang sudah jadi dimasukkan kedalam rangka besi yang telah disiapkan.  

Alur Sistem Bioflok

Persiapan kolam

Pengisian air Sebelum kolam diisi air, kolam terlebih dahulu dibersihkan/ disterilisasi. Bila perlu dilakukan pengeringan dan desinfeksi dengan menggunakan kaporit 10%. Pengisian air kedalam kolam sampai penuh dengan ketinggian air 80-100 cm dengan menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah ditreatment dengan menggunakan kaporit 30 gram per m3 selama 3 hari (untuk kolam diluar ruangan) dan untuk kolam didalam ruangan dinetralkan dengan Sodium Thiosulfat dengan dosis 15 gram/m3 setelah minimal 24 jam pemberian kaporit.

Pemasangan peralatan

Pemasangan peralatan meliputi pompa dan perlengkapannya (selang aerator, filter dan pipa pengeluaran pompa). Setelah pemasangan, perlu dilakukan uji coba untuk mengetahui kekuatan aliran arus dan kemampuan pengadukannya. Aliran dibuat melingkar sehingga endapan terjadi di bagian tengah kolam. Pompa harus dipasang ditengah dan aliran air dikeluarkan di bagian tepi kolam dengan arah keluar yang berlawanan.

Perlakuan (treatment)

Perlakuan (treatment) air dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  1. Kapur tohor 100 gr per M3 /dolomit 200 gr per M3 /kaptan 200 gr per M3 /mill 150 gr per M;

  2. Garam krosok (non-iodium) : 3 kg per M3 air

  3. Probiotik 5 cc per m3;

  4. Jenis probiotik yang digunakan adalah bakteri heterotrof antara lain Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus megaterium, Bacillus polymyxa);

  5. Molase (tetes tebu) sebanyak 100 cc per m3 atau gula pasir 75 gr per m3;

  6. Kemudian air dibiarkan selama 7 hari atau air terlihat berubah warna atau terasa lebih licin;

  7. Kolam siap ditebar benih.

Pengadukan dan aerasi

Pengadukan dilakukan dengan menggunakan blower 100 watt yang dapat dimanfaatkan untuk 6 unit kolam bundar yang dipasang mulai dari awal pemeliharaan. Gunanya untuk mengaduk media supaya bahan-bahan organik teraduk dengan rata sehingga terurai secara aerobik, untuk meningkatkan oksigen terlarut (DO) dan membuang gas karbondioksida (CO2) untuk mengurangi penurunan pH dan alkalinitas air, serta menambahkan kandungan oksigen (O2) untuk bakteri dan ikan didalam kolam. 

Pengadukan dan aerasi harus tetap terjaga selama pemeliharaan untuk menghindari efek dari perombakan jasad plankton yang mati akibat dari kandungan oksigen yang rendah dan amoniak yang tinggi. Pengadukan dan aerasi ini juga sangat diperlukan untuk menjaga flok agar tetap tersuspensi didalam air, sehingga kualitas air sesuai untuk kebutuhan ikan.

Penebaran benih

Benih lele yang ditebar berukuran 7-8 cm (SNI Nomor 01- 6484.2-2000) dengan padat tebar 1.000 ekor/m2. Sebelum benih ditebar, sebaiknya benih lele disucihamakan/direndam dengan menggunakan vaksin sesuai aturan pakai pada label kemasan. Penebaran benih hendaknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Upaya penyamaan suhu air wadah benih secara bertahap agar benih tidak stres saat ditebarkan maka benih diadaptasikan terlebih dahulu dengan cara menambahkan air kolam ke dalam kantong benih. Benih yang sudah adaptasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan air kolam.

Manajemen pakan

Setelah benih ditebar kedalam kolam, selanjutnya benih dipuasakan selama 2 hari untuk proses adaptasi dengan lingkungan baru sambil menunggu isi lambung bener-bener kosong/bersih. Pada saat pemberian pakan pertama kali disarankan maksimal Selain pemberian probiotik, sebaiknya juga melakukan pengapuran 7 hari sekali pada bulan pertama, dan setiap 5 hari sekali pada bulan berikutnya dengan dosis 200 gr per m3 air. Setelah itu tambahkan unsur C (tepung terigu/ tepung beras/ tapioka) sebanyak 240 gram per 10 kilogram pakan yang diberikan. Selanjutnya berikan aerasi yang kuat di dasar kolam hingga permukaan air untuk mempercepat proses pengadukan hingga terbentuknya flok. 

Pakan yang diberikan difermentasi dengan menggunakan probiotik jenis Lactobacillus selama 2 hari atau maksimal 7 hari. Komposisinya yaitu 2 cc probiotik per kilogram pakan yang diberikan, dan ditambahkan air bersih sebanyak 25% dari berat pakan. Selanjutnya kedua bahan ini dicampur merata kemudian diletakkan dalam wadah dan dibiarkan selama 2 hari. Setiap harinya, kedua bahan ini harus diaduk. Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu pelet standar SNI (pakan buatan pabrik). 


Pemberian pakan pertama kali setelah puasa sebanyak 2,5 % dari bobot biomassa untuk adaptasi lambung setelah puasa. Selanjutnya pakan diberikan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan porsi sebanyak 80% dari daya kenyang ikan dengan perhitungan seperti pada tabel berikut ini.

Pemberian pakan yang sesuai dengan dosis ditandai dengan tidak adanya lele yang menggantung/telentang di permukaan air dalam waktu 1 – 2 jam setelah pemberian pakan. Ikan tidak diberi pelet sehari dalam seminggu untuk memanfaatkan flok yang tersedia dimulai pada minggu kedua setelah penebaran.

Pengelolaan air

Pengelolaan air sangat penting dalam usaha budidaya. Kegiatan pengelolaan air dapat dilakukan dengan cara menambahkan probiotik kedalam wadah budidaya. Cara dan dosis pemberian probiotik kedalam wadah budidaya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 

Budidaya Ikan Sistem Bioflok
Jadwal Dosis Pemberian Bioflok

Selama masa pemeliharaan, pemberian probiotik dapat dilakukan sesuai dengan dosis dan jadwal sebagaimana tertera pada gambar tabel tersebut diatas. (*nsb)

0 Komentar